Kerajinan Batik Lawasan

Kerajinan Batik Lawasan

by Fathurrohman for Kriyakertas

Kerajinan Batik Lawasan (literally translated as Old Batik Craft) is a handmade piece of art made from woven old Batik fabric. The craft is mostly re-cycling old hand-painted or printed Batik which pattern has been washed out thus creating an antique nuance on the motif. The crafter procures used batik fabric from the traditional market, tailor, batik workshop or individuals who still wear batik as daily clothing. In the process, the fabric is classified according to the color, motifs and the character (i.e.; tribal to coastal motif) and cut manually into pieces. The pieces are glued to the paper following a specific pattern or its original pattern if the fabric has a distinguished interesting pattern. The piece is shredded into a long thin strand called ‘pakan’ which will be woven using ‘lusi’ thread in a non-electrical weaving device called ‘hani’. Lusi thread is arranged on the weaving device according to the plait construction. The woven piece is lined with fabric and used as wall hanging, placemat and unique window blind

Kerajinan Batik Lawasan

Karya Fathurrohman untuk Kriyakertas

Kerajinan Batik Lawasan (nama dapat diubah) merupakan karya seni yang memanfaatkan batik-batik tua dengan motif yang unik yang sudah tidak digunakan lagi. Umumnya kain batik tersebut merupakan batik tulis atau batik cap yang sudah digunakan selama bertahun-tahun sehingga memiliki kesan antik. Bahan dasar batik tersebut biasa didapatkan di pasar tradisional, sisa bahan pakaian, pengrajin batik dan perorangan. Dalam pembuatannya, bahan batik tersebut dipilah dan dikelompokkan berdasarkan jenis bahan, warna, motif dan karakternya (misal; batik pesisir dan batik pedalaman). Batik kemudian dipotong secara manual dan ditempel sesuai dengan pola yang sudah dibuat atau dibiarkan sesuai bentuk aslinya bila batik tersebut memiliki motif yang langka. Hasil tempelan tersebut kemudian dipotong memanjang menjadi helaian ‘pakan’ yang kemudian ditenun. Pakan ditenun dengan benang ‘lusi’ dengan menggunakan alat tenun ‘hani’. Benang ‘lusi’ diatur pada alat tenun manual (biasa disebut ATBM/Alat Tenun Bukan Mesin) sesuai dengan konstruksi anyaman yang dikehendaki. Hasil tenunan kemudian dirapihkan dan diberi alas kain yang kemudian dapat dimanfaatkan menjadi hiasan dinding, alas makan dan tirai.

Published in: on March 12, 2009 at 8:31 am  Leave a Comment